Ceria Seks Fitri Sahabat Penaku Keenakkan Entot
FULL VIDEO
Hubungan kami berawal dari dimuatnya surat pembacaku, ketika aku masih mahasiswa di suatu surat kabar yang beroplah nasional tentang kesulitan mengirim surat ke luar negeri. Seminggu kemudian datang surat kepadaku megomentari suratku dan menceritakan hal yang sama dengan yang kualami. Ia mengatakan hobinya juga surat-menyurat (korespondensi) dan mengajak bertukar hoki denganku. Semenjak itu kami rajin saling berkirim surat. Walaupun belum pernah saling ketemu, karena saling pandai menyusun kata-kata, kami merasa sudah akrab.
Fitri, sahabat penaku itu, waktu itu bekerja sebagai asisten apoteker di kota Cikampek. Ia memang lahir dia situ, ayahnya mempunyai penggilingan beras. Seperti lazimnya pengusaha di kota kecil, ayahnya keturunan Cina. Ia sulung dari 6 bersaudara dan akhirnya aku juga akrab dengan keluarganya akibat sering main ke sana kalau liburan. Lebih tua 1 tahun dariku. Waktu itu aku sendiri punya pacar di falkultas dan Lia Beberapa mempunyai "teman dekat", seperti diceritakannya kepadaku lewat surat-suratnya.
Tiga tahun setelah kami akrab, ia pindah ke Jakarta dan diserahi pekerjaan mengelola apotik di daerah Jakarta Barat. Waktu itu aku sendiri sudah selesai kuliah dan mulai mencari pekerjaan di Ibukota. Hubunganku dengannya sudah cukup akrab. Beberapa kali aku menginap di rumah kostnya. Ia kos bersama adik laki-laki tertuanya, yang kuliah di salah satu falkultas kedokteran. Waktu itu ia sedang pacaran dengan seorang bule, Jhon, karyawan suatu perusahaan Belgia. Aku, Jhon, Lia dan ivan (adiknya). sering berjalan bersama. Waktu itu aku sendiri juga bekerja di daerah Jakarta Barat dan kos di dekat camer (calon mertua). Pacarku sendiri sedang kuliah di Gajah Mada, Dilan.
Sampai akhirnya si Jhon meninggal dunia, karena kecelakaan pesawat ketika sedang pulang ke Belgia. Ayah Lia waktu itu sedang masuk RS dan aku setiap malam menunggui, bergantian berdua dengan Ivan atau dengan Lia, sampai juga meninggal setelah 10 hari dirawat. Kesedihan karena ditinggal si Jhon dan ayahnya, membuat lia memintaku banyak mendampingginya. Kalau selesai bekerja, kalau Ivan sibuk kuliah. Lia memintaku menjemput ke apotik. Kalau ia dinas malam, aku biasa menungguinya sebelum ia selesai bekerja. Sering aku dan Ivan (kalau sudah pulang kuliah), menunggui berdua lalu pulang bertiga. Semua teman kerja dan induk semang kosnya sudah mengenaliku semua. Dan di antara kami semuanya berjalan biasa saja. Fitri ini tinggi badannya lumayan, ada 5cm di atas tinggi badanku. Jadi orang pasti tidak mengira kalau kami sedang pacaran. Lia tahu mengenai pacarku Dilan.
Walaupun demikian, kedekatan kami lama-lama membuat adanya "rasa lain". Kami biasa menonton berdua kalau Lia pulang sore. Dia juga biasa jalan bergayut di lenganku, itupun kalau bertiga dengan Ivan. Sore itu, hari sabtu, ia pulang jam 2 dari apotik. Ivan sedang pulang ke Cikampek dan ia kelihatan sedang sedih ("Aku ingat Jhon", katanya) maka tangannya tak mau lepas dari lenganku. Kesedihan itu dibawanya masuk gedung, selama film ia menyandarkan kepalanya di bahuku. Spontan, kalau ia terdengar mengelh sedikit, aku mengelus-elus kepalanya.
Setelah beberapa saat, tiba-tiba saja, aku sudah menciumi pipinya. Ia mengeluh lirih dan merangkulku sambil mulutnya bergeser mencari bibirku. Kami berpagutan bibir cukup lama, ia seakan sedang menumpahkan semua beban pikirannya kepada pagutan bibir-bibir kami. Aku betul-betul terhanyut, tetapi masih dapat "menjaga kesopanan" dengan hanya memegangi pipinya saja. Di taksi pulang ia diam saja. Hanya pegangan dilenganku semakin bertambah erat.
Sampai di kosnya, ia memintaku masuk kamarnya. Tante kos sudah kenal baik denganku dan aku memang biasa masuk kamar mereka. Hanya saja kali ini ia langsung memelukku dan mengulangi kembali pangutan di bibirku. Aku sedikit bingung, Sebelum kemudian memutuskan untuk mengikuti keinginnya.
Kupeluk erat-erat ia yang sedang duduk di pinggir tempat tidur. Aku duduk disampingnya sambil memegangi kedua pipinya. Otomatis, saking serunya ciuman kami, Lia akhirnya terdorong ke belakang dan posisinya menjadi tertidur. Tiba-tiba saja tanganku sudah pindah ke dadanya dan dari luar (ia masih menggunakan baju) mengelus payudara sebelah kanannya. Lia melenguh (bukan hanya melenguh!) dan tangan kirinya menaikkan posisi kaos yang dipakainya.
Lalu aku sudah menggengam payudara kanannya tanpa halangan apa-apa. Wow,,, tak begitu besar, tetapi putihnya mulus. Aku mengelus payudaranya sambil berkali-kali memijit bundaran di bawah ujung putingnya. Lia seakan kesetanan, ia langsung melepas kaos yang dipakainya. Dadanya terlanjang dan.....
Aku tidak dapat lagi menahan diri. Sejenak kuteliti wanita di hadapanku ini. Lehernya putih, anak-anak rambut yang menggenrai di sekeliling lehernya membuat penisku mengejang. Bahunya yang pualam menyangga mulutnya yang sedikit menganga dan mengeluarkan desis lirih yang memburu. Matanya terpejam. Roh bawahnya masih terikat, Tetapi pantatnya sudah membuat gerak memutar-mutar sedikit.
Lalu ku telusuri lehernya. Tanganku turun ke arah payudara kanannya. Ia menempelkan badan erat-erat ke badanku. Ku putar telapakku di payudara kanannya. Ia mengelinjang. Ketika tanganku pindah ke payudara sebelah kiri, gelinjangnya bertambah dan tangannya langsung ke bawah badanku, mencara sela-sela pahaku. Ketika aku mulai menjiati puting susunya, tnagan menerobos resleting celana ku dan aku sedikit menggelinjang ketika ia mulai menggengam dan memainkan dengan jarinya di kepala penisku.
Kedua tangannya berusaha menurunkan celana dalamku, tetapi masi sulit karena celana panjangku bertengger disana. Sementara itu mulutku mulai mengulum puting susunya bergantian. Dilepaskannya penisku dan, karena kegelian dan merasa nikmat, ia merengkuh kepalaku, ditariknya ke arah putih susunya. Lalu tiba-tiba didorongnya badanku, sambil nafasnya terburu, dilepaskannya rok yang masih dipakainya, Lalu tanganku diraihnya, dimasukkan ke dalam CD-nya. Pelan-pelan kuelus bulu vaginanya. Wah lebat betul. Dari sekian wanita yang pernah "kuterlanjangi", baru kali ini aku melihat pubis (rambut vagina) yang demikian lebat. Lebat,panjang,ketat,hitam bukan main.
Kuelus-elus bulu vaginanya, kugelitik gelitik rambut-rambutnya mencari lubang vaginanya. Tidak mudah ketemu, tetapi sudah basah karena air nikmatnya sudah keluar. Lia sendiri membantuku dengan menekan nekan tanganku yang dipermuakaan vaginanya.
"Euhhhh,,,, euhhhhh..", gelinjangnya. Lalu, tak sabar, diturunkannya CDnya yang sudah dipahanya, terlanjang bulatlah ia.
Gila, putihnya! pantatnya yang bulat, yang biasanya kupegangi (dari luar) kalau ia lagi bergelayut di lenganku, betul-betul indah. Pinggulnya apalagi. Penisku langsung beridir menegang melihat itu semua dan mengantisipasi "tugas lanjutannya". Ku gosok-gosokkan ujung hidungku ke pinggul itu, pelan-pelan kujilati memutar menuju ke pantatnya yang indah. Kuremas-remas bulatan pantatnya, sambil ku gesek-gesekkan ujung hidungku terus. Harum baunya, harum sekali. Penisku yang tegang bergerak-gerak terus.
Ia tak sabar, dipegangnya tanganku, dibimbingnya untuk kembali menusuk-nusuk vaginanya. Ia sendiri seakan kesetanan menunggu lubang vaginanya dimasuki jari-jariku. Tetapi aku kembali berkonsentrasi pada puting susunya. Kujilat, ku elus memakai lidah, kusedot pelan-pelan sambil ia menlenguh-lenguh dan menggelinjang-gelinjang. Akhirnya ia sudah tak sabar lagi. Tangannya mulai menurutkan celana panjangku. CD-ku langsung dipelorotinnya ke bawah. Lalu tangannya menggengam genggam penisku.
Aku serasa melayang. Sebagai laki-laki, selama ini kalau ia bergayut di lenganku sambil berjalan-jalan, aku sering membayangkan tangannya yang putih dengan jari-jarinya yang panjang mengelus-elus penisku. Atau kujilati puting susunya yang sering membayang kalai ia memakai baju tipis. Hanya selama itu aku hanya berani membayangkan, karena aku menghormatinya sebagai rekan akrab. Rupanya sore itu lain.
Ia langsung membalik, mengarahkan mulutnya kepenisku. Lalu tanpa basa-basi di kulum penisku. Aku sendiri langsung meneroboskan muka ke arah vaginanya. Tanganku memisahkan rambut-rambut di situs dan ku lihat ditorisnya sudah keliatan dari luar. Ku gosok-gosok perlahan Permukaan clitorisnya. Lia menggelinjang-gelinjang. BandarQ. Kujilati clitorisnya sambil kuisap-isap.
"Ouwww Wieddd.... Oeuwww WWWWieeddddd", lenguhnya, "Terusss,,,,,, terusss", lenguhnya dalam. Isapannya di penisku melemah akhirnya. Kupikir ia sudah selesai. Tiba-tiba ia membalikan badan lagi dan langsung berbaring di atasku. Penisku dipeggangnya dan dicoba dimasukkannya ke dalam vaginanya yang sudah sangat basah. Rasanya oeuwwwunchhhharghhhtolla, ketika kepala penisku mulai masuk. Aku yang kegelian sampai tak tahan. Maklum, wakti itu penisku baru punya jam terbang yang dapat dihitung dengan jari, dan karena masih muda, jarang memakai "pendahuluan" yang cukup lama. Biasanya kalau keduanya sudah tegang, lalu langsung ku masukkan, ejakulasi samsa-sama dan ku cabut.
Betul, sangkin gelinya, aku yang dibawah sampai mengangkat kepala tak tahan geli dan mau bangkit. Pas saat itu, kepalaku dipegang lia, dibawanya ke payudara sebelah kiri, melihat ada gumpalan daging kenyang putih menantang, langsung ku jilati dan ku isap-isap. Baru sebentar, Lia mengerang "Ohhh,,, Wiedd,,,Liaaa nyampee".
Ia membalikan badan. Melihat sekilas badannya yang indah dan putih itu, penisku terasa nikmat-nikmat nyeri, rasanya ada yang mengalir keluar dari ujung penisku. "Gileem udah mau keluar,,", pikirku betul, ketika aku baru tiga kali memompa, spermaku keluar. Kupeluk erat-erat badannya, ia juga memegangi pantatku erat-erat sambil berbisik," Masukkan semua, Wied,,, masukkan semuaa.." Kutekan erat-erat penisku ke dalam vagina bidadariku ini, kumasukkan semua benih hidupku dalam jaringan tubuhnya.
Ketika aku mau berguling ke sebelah badannya, dilarangnya aku. Ia ingin aku tetap di atas tubuhnya, dengan penisku masih di dalam vaginanya. Kunikmati saat itu dengan mempermainkan dagunya, menjilati payudaranya dan menggesek-gesekkan penisku ke dalam vaginanya. Ia tetap menciumiku. Penisku sendiri tetap tegang di dalam vaginanya.
Lima menit kemudian nafsunya bangkit lagi. Ia mengerag pelan, sambil menggoyang-goyangkan pantat. "Lia nafsu lagi, nih", erangnya. Penisku sendiri yang tadinya sempat sedikit mengecil menjadi besar kegelian tergesek-gesek permukaan dalam vaginanya. Lalu.., "Uhhhh" Bibir vaginanya seakan memijat penisku. Aku merasa penisku kegelian, geli-geli nikmat sampai seakan-akan badanku meronta-ronta di atas badan lia. Lia sendiri terangsang dengan gerakkanku, memelukku erat-erat sambil keras menggoyangkan pantatnya memutar.
Dalam 20 menit kemudian, 2 kali lagi ia mengalami orgasme. Gila, pikiranku. Pijitan vaginanya membuatku seakan melayang ke surga, tetapi aku sendiri baru sempat orgasme sekali. Lalu ia mulai melemas seakan tak berdaya. Habis itu lalu terjadi "perkosaan". Aku tidak tahan lagi. Lia kugulingkan ke sana ke mari menuruti nafsuku. Kadang ku cabut penis ku dari vaginanya, ku masukkan ke dalam mulutnya, lalu ku cabut dalam vaginanya. aku orgasme 2kali lagi. Sekali dimulutnya, sekali diujung vaginanya (dasar belum pengalaman, karena kegelian digesek bulu vaginanya, begitu penisku sampai di ujung vaginanya langsung ku kelarkan spermaku). Lia sendiri pasrah aja kuperlakukan kayak begitu. Ia seakan sudah tidak berdaya kugulingkan ikt saja. Kusuruh mengulum penisku yang basah mau saja, mengurut urut kepala penis di dadanya juga ikut, membantu memasukkan penisku vaginanya juga turut saja.
Ketika kami beruda sudah tidak berdaya lagi, kulihat jam. Dua setengah jam sudah berlalu sejak kami masuk ke kamar itu. Akhirnya kami tak kuat lagi dengan terkapa kepayahan. Mata terpejam rapat, kelihatannya ia lelah sekali dalam dan mengantuk berat. Judi Indonesia88
Aku bangkit dan barulah tercium bau sperma bercampuran keringat di kamar itu. Lia sendiri sudah tidak berdaya lagi. Ia sudah tergeletak begitu saja telanjang bulat. Kuselimuti badannya dan aku mulai memunguti pakaianku yang terserak disana-sini. Kusemprotkan Bayfresh ke dingding-dinding kamar untuk mengurangi bau "mesum" itu. Untung Ivan sedang pulang ke Cikampek. Kucium dahi Lia, kututup pintu kamar dan aku pamit ke tante kos.
Esoknya aku datang lagi. Hari Minggu ini Lia mengaku sakit kepada tante kos dan minta "Si Wied ngerawat saya, ya tente". Jadi kami beruda berbulan madu di kamarnya sepanjang hari. Dan terjadi perkosaan lagi, yang ternyata disenanginya.
Dalam perjalanan pulang aku berpikir bahwa hubungan kami sudah berubah. Kalau selama ini aku menganggap dia sebagai kak lebih tua 1 tahun, lagi pula ia lebih tinggi dibandingkan badanku malam ini hal itu sudah berubah. Kakakku sayang itu telah membuatku merindukannya sebagai orang lain (Kalau aku boleh berterus-terang: aku akan merindukannya untuk merasakan vaginanya yang sangat basah dibelah penisku, untuk kudekap ketika ia terlanjang bulat-bulat, untuk menggeser-geserkan ujung hidungku di permukaan vaginanya yang lebat dan merangsan itu, untuk genggaman baik tangan maupun mulutnya bagi penisku yang panjang.
FULL VIDEO
Hubungan kami berawal dari dimuatnya surat pembacaku, ketika aku masih mahasiswa di suatu surat kabar yang beroplah nasional tentang kesulitan mengirim surat ke luar negeri. Seminggu kemudian datang surat kepadaku megomentari suratku dan menceritakan hal yang sama dengan yang kualami. Ia mengatakan hobinya juga surat-menyurat (korespondensi) dan mengajak bertukar hoki denganku. Semenjak itu kami rajin saling berkirim surat. Walaupun belum pernah saling ketemu, karena saling pandai menyusun kata-kata, kami merasa sudah akrab.
Fitri, sahabat penaku itu, waktu itu bekerja sebagai asisten apoteker di kota Cikampek. Ia memang lahir dia situ, ayahnya mempunyai penggilingan beras. Seperti lazimnya pengusaha di kota kecil, ayahnya keturunan Cina. Ia sulung dari 6 bersaudara dan akhirnya aku juga akrab dengan keluarganya akibat sering main ke sana kalau liburan. Lebih tua 1 tahun dariku. Waktu itu aku sendiri punya pacar di falkultas dan Lia Beberapa mempunyai "teman dekat", seperti diceritakannya kepadaku lewat surat-suratnya.
Tiga tahun setelah kami akrab, ia pindah ke Jakarta dan diserahi pekerjaan mengelola apotik di daerah Jakarta Barat. Waktu itu aku sendiri sudah selesai kuliah dan mulai mencari pekerjaan di Ibukota. Hubunganku dengannya sudah cukup akrab. Beberapa kali aku menginap di rumah kostnya. Ia kos bersama adik laki-laki tertuanya, yang kuliah di salah satu falkultas kedokteran. Waktu itu ia sedang pacaran dengan seorang bule, Jhon, karyawan suatu perusahaan Belgia. Aku, Jhon, Lia dan ivan (adiknya). sering berjalan bersama. Waktu itu aku sendiri juga bekerja di daerah Jakarta Barat dan kos di dekat camer (calon mertua). Pacarku sendiri sedang kuliah di Gajah Mada, Dilan.
Sampai akhirnya si Jhon meninggal dunia, karena kecelakaan pesawat ketika sedang pulang ke Belgia. Ayah Lia waktu itu sedang masuk RS dan aku setiap malam menunggui, bergantian berdua dengan Ivan atau dengan Lia, sampai juga meninggal setelah 10 hari dirawat. Kesedihan karena ditinggal si Jhon dan ayahnya, membuat lia memintaku banyak mendampingginya. Kalau selesai bekerja, kalau Ivan sibuk kuliah. Lia memintaku menjemput ke apotik. Kalau ia dinas malam, aku biasa menungguinya sebelum ia selesai bekerja. Sering aku dan Ivan (kalau sudah pulang kuliah), menunggui berdua lalu pulang bertiga. Semua teman kerja dan induk semang kosnya sudah mengenaliku semua. Dan di antara kami semuanya berjalan biasa saja. Fitri ini tinggi badannya lumayan, ada 5cm di atas tinggi badanku. Jadi orang pasti tidak mengira kalau kami sedang pacaran. Lia tahu mengenai pacarku Dilan.
Walaupun demikian, kedekatan kami lama-lama membuat adanya "rasa lain". Kami biasa menonton berdua kalau Lia pulang sore. Dia juga biasa jalan bergayut di lenganku, itupun kalau bertiga dengan Ivan. Sore itu, hari sabtu, ia pulang jam 2 dari apotik. Ivan sedang pulang ke Cikampek dan ia kelihatan sedang sedih ("Aku ingat Jhon", katanya) maka tangannya tak mau lepas dari lenganku. Kesedihan itu dibawanya masuk gedung, selama film ia menyandarkan kepalanya di bahuku. Spontan, kalau ia terdengar mengelh sedikit, aku mengelus-elus kepalanya.
Setelah beberapa saat, tiba-tiba saja, aku sudah menciumi pipinya. Ia mengeluh lirih dan merangkulku sambil mulutnya bergeser mencari bibirku. Kami berpagutan bibir cukup lama, ia seakan sedang menumpahkan semua beban pikirannya kepada pagutan bibir-bibir kami. Aku betul-betul terhanyut, tetapi masih dapat "menjaga kesopanan" dengan hanya memegangi pipinya saja. Di taksi pulang ia diam saja. Hanya pegangan dilenganku semakin bertambah erat.
Sampai di kosnya, ia memintaku masuk kamarnya. Tante kos sudah kenal baik denganku dan aku memang biasa masuk kamar mereka. Hanya saja kali ini ia langsung memelukku dan mengulangi kembali pangutan di bibirku. Aku sedikit bingung, Sebelum kemudian memutuskan untuk mengikuti keinginnya.
Kupeluk erat-erat ia yang sedang duduk di pinggir tempat tidur. Aku duduk disampingnya sambil memegangi kedua pipinya. Otomatis, saking serunya ciuman kami, Lia akhirnya terdorong ke belakang dan posisinya menjadi tertidur. Tiba-tiba saja tanganku sudah pindah ke dadanya dan dari luar (ia masih menggunakan baju) mengelus payudara sebelah kanannya. Lia melenguh (bukan hanya melenguh!) dan tangan kirinya menaikkan posisi kaos yang dipakainya.
Lalu aku sudah menggengam payudara kanannya tanpa halangan apa-apa. Wow,,, tak begitu besar, tetapi putihnya mulus. Aku mengelus payudaranya sambil berkali-kali memijit bundaran di bawah ujung putingnya. Lia seakan kesetanan, ia langsung melepas kaos yang dipakainya. Dadanya terlanjang dan.....
Aku tidak dapat lagi menahan diri. Sejenak kuteliti wanita di hadapanku ini. Lehernya putih, anak-anak rambut yang menggenrai di sekeliling lehernya membuat penisku mengejang. Bahunya yang pualam menyangga mulutnya yang sedikit menganga dan mengeluarkan desis lirih yang memburu. Matanya terpejam. Roh bawahnya masih terikat, Tetapi pantatnya sudah membuat gerak memutar-mutar sedikit.
Lalu ku telusuri lehernya. Tanganku turun ke arah payudara kanannya. Ia menempelkan badan erat-erat ke badanku. Ku putar telapakku di payudara kanannya. Ia mengelinjang. Ketika tanganku pindah ke payudara sebelah kiri, gelinjangnya bertambah dan tangannya langsung ke bawah badanku, mencara sela-sela pahaku. Ketika aku mulai menjiati puting susunya, tnagan menerobos resleting celana ku dan aku sedikit menggelinjang ketika ia mulai menggengam dan memainkan dengan jarinya di kepala penisku.
Kedua tangannya berusaha menurunkan celana dalamku, tetapi masi sulit karena celana panjangku bertengger disana. Sementara itu mulutku mulai mengulum puting susunya bergantian. Dilepaskannya penisku dan, karena kegelian dan merasa nikmat, ia merengkuh kepalaku, ditariknya ke arah putih susunya. Lalu tiba-tiba didorongnya badanku, sambil nafasnya terburu, dilepaskannya rok yang masih dipakainya, Lalu tanganku diraihnya, dimasukkan ke dalam CD-nya. Pelan-pelan kuelus bulu vaginanya. Wah lebat betul. Dari sekian wanita yang pernah "kuterlanjangi", baru kali ini aku melihat pubis (rambut vagina) yang demikian lebat. Lebat,panjang,ketat,hitam bukan main.
Kuelus-elus bulu vaginanya, kugelitik gelitik rambut-rambutnya mencari lubang vaginanya. Tidak mudah ketemu, tetapi sudah basah karena air nikmatnya sudah keluar. Lia sendiri membantuku dengan menekan nekan tanganku yang dipermuakaan vaginanya.
"Euhhhh,,,, euhhhhh..", gelinjangnya. Lalu, tak sabar, diturunkannya CDnya yang sudah dipahanya, terlanjang bulatlah ia.
Gila, putihnya! pantatnya yang bulat, yang biasanya kupegangi (dari luar) kalau ia lagi bergelayut di lenganku, betul-betul indah. Pinggulnya apalagi. Penisku langsung beridir menegang melihat itu semua dan mengantisipasi "tugas lanjutannya". Ku gosok-gosokkan ujung hidungku ke pinggul itu, pelan-pelan kujilati memutar menuju ke pantatnya yang indah. Kuremas-remas bulatan pantatnya, sambil ku gesek-gesekkan ujung hidungku terus. Harum baunya, harum sekali. Penisku yang tegang bergerak-gerak terus.
Ia tak sabar, dipegangnya tanganku, dibimbingnya untuk kembali menusuk-nusuk vaginanya. Ia sendiri seakan kesetanan menunggu lubang vaginanya dimasuki jari-jariku. Tetapi aku kembali berkonsentrasi pada puting susunya. Kujilat, ku elus memakai lidah, kusedot pelan-pelan sambil ia menlenguh-lenguh dan menggelinjang-gelinjang. Akhirnya ia sudah tak sabar lagi. Tangannya mulai menurutkan celana panjangku. CD-ku langsung dipelorotinnya ke bawah. Lalu tangannya menggengam genggam penisku.
Aku serasa melayang. Sebagai laki-laki, selama ini kalau ia bergayut di lenganku sambil berjalan-jalan, aku sering membayangkan tangannya yang putih dengan jari-jarinya yang panjang mengelus-elus penisku. Atau kujilati puting susunya yang sering membayang kalai ia memakai baju tipis. Hanya selama itu aku hanya berani membayangkan, karena aku menghormatinya sebagai rekan akrab. Rupanya sore itu lain.
Ia langsung membalik, mengarahkan mulutnya kepenisku. Lalu tanpa basa-basi di kulum penisku. Aku sendiri langsung meneroboskan muka ke arah vaginanya. Tanganku memisahkan rambut-rambut di situs dan ku lihat ditorisnya sudah keliatan dari luar. Ku gosok-gosok perlahan Permukaan clitorisnya. Lia menggelinjang-gelinjang. BandarQ. Kujilati clitorisnya sambil kuisap-isap.
"Ouwww Wieddd.... Oeuwww WWWWieeddddd", lenguhnya, "Terusss,,,,,, terusss", lenguhnya dalam. Isapannya di penisku melemah akhirnya. Kupikir ia sudah selesai. Tiba-tiba ia membalikan badan lagi dan langsung berbaring di atasku. Penisku dipeggangnya dan dicoba dimasukkannya ke dalam vaginanya yang sudah sangat basah. Rasanya oeuwwwunchhhharghhhtolla, ketika kepala penisku mulai masuk. Aku yang kegelian sampai tak tahan. Maklum, wakti itu penisku baru punya jam terbang yang dapat dihitung dengan jari, dan karena masih muda, jarang memakai "pendahuluan" yang cukup lama. Biasanya kalau keduanya sudah tegang, lalu langsung ku masukkan, ejakulasi samsa-sama dan ku cabut.
Betul, sangkin gelinya, aku yang dibawah sampai mengangkat kepala tak tahan geli dan mau bangkit. Pas saat itu, kepalaku dipegang lia, dibawanya ke payudara sebelah kiri, melihat ada gumpalan daging kenyang putih menantang, langsung ku jilati dan ku isap-isap. Baru sebentar, Lia mengerang "Ohhh,,, Wiedd,,,Liaaa nyampee".
Ia membalikan badan. Melihat sekilas badannya yang indah dan putih itu, penisku terasa nikmat-nikmat nyeri, rasanya ada yang mengalir keluar dari ujung penisku. "Gileem udah mau keluar,,", pikirku betul, ketika aku baru tiga kali memompa, spermaku keluar. Kupeluk erat-erat badannya, ia juga memegangi pantatku erat-erat sambil berbisik," Masukkan semua, Wied,,, masukkan semuaa.." Kutekan erat-erat penisku ke dalam vagina bidadariku ini, kumasukkan semua benih hidupku dalam jaringan tubuhnya.
Ketika aku mau berguling ke sebelah badannya, dilarangnya aku. Ia ingin aku tetap di atas tubuhnya, dengan penisku masih di dalam vaginanya. Kunikmati saat itu dengan mempermainkan dagunya, menjilati payudaranya dan menggesek-gesekkan penisku ke dalam vaginanya. Ia tetap menciumiku. Penisku sendiri tetap tegang di dalam vaginanya.
Lima menit kemudian nafsunya bangkit lagi. Ia mengerag pelan, sambil menggoyang-goyangkan pantat. "Lia nafsu lagi, nih", erangnya. Penisku sendiri yang tadinya sempat sedikit mengecil menjadi besar kegelian tergesek-gesek permukaan dalam vaginanya. Lalu.., "Uhhhh" Bibir vaginanya seakan memijat penisku. Aku merasa penisku kegelian, geli-geli nikmat sampai seakan-akan badanku meronta-ronta di atas badan lia. Lia sendiri terangsang dengan gerakkanku, memelukku erat-erat sambil keras menggoyangkan pantatnya memutar.
Dalam 20 menit kemudian, 2 kali lagi ia mengalami orgasme. Gila, pikiranku. Pijitan vaginanya membuatku seakan melayang ke surga, tetapi aku sendiri baru sempat orgasme sekali. Lalu ia mulai melemas seakan tak berdaya. Habis itu lalu terjadi "perkosaan". Aku tidak tahan lagi. Lia kugulingkan ke sana ke mari menuruti nafsuku. Kadang ku cabut penis ku dari vaginanya, ku masukkan ke dalam mulutnya, lalu ku cabut dalam vaginanya. aku orgasme 2kali lagi. Sekali dimulutnya, sekali diujung vaginanya (dasar belum pengalaman, karena kegelian digesek bulu vaginanya, begitu penisku sampai di ujung vaginanya langsung ku kelarkan spermaku). Lia sendiri pasrah aja kuperlakukan kayak begitu. Ia seakan sudah tidak berdaya kugulingkan ikt saja. Kusuruh mengulum penisku yang basah mau saja, mengurut urut kepala penis di dadanya juga ikut, membantu memasukkan penisku vaginanya juga turut saja.
Ketika kami beruda sudah tidak berdaya lagi, kulihat jam. Dua setengah jam sudah berlalu sejak kami masuk ke kamar itu. Akhirnya kami tak kuat lagi dengan terkapa kepayahan. Mata terpejam rapat, kelihatannya ia lelah sekali dalam dan mengantuk berat. Judi Indonesia88
Aku bangkit dan barulah tercium bau sperma bercampuran keringat di kamar itu. Lia sendiri sudah tidak berdaya lagi. Ia sudah tergeletak begitu saja telanjang bulat. Kuselimuti badannya dan aku mulai memunguti pakaianku yang terserak disana-sini. Kusemprotkan Bayfresh ke dingding-dinding kamar untuk mengurangi bau "mesum" itu. Untung Ivan sedang pulang ke Cikampek. Kucium dahi Lia, kututup pintu kamar dan aku pamit ke tante kos.
Esoknya aku datang lagi. Hari Minggu ini Lia mengaku sakit kepada tante kos dan minta "Si Wied ngerawat saya, ya tente". Jadi kami beruda berbulan madu di kamarnya sepanjang hari. Dan terjadi perkosaan lagi, yang ternyata disenanginya.
Dalam perjalanan pulang aku berpikir bahwa hubungan kami sudah berubah. Kalau selama ini aku menganggap dia sebagai kak lebih tua 1 tahun, lagi pula ia lebih tinggi dibandingkan badanku malam ini hal itu sudah berubah. Kakakku sayang itu telah membuatku merindukannya sebagai orang lain (Kalau aku boleh berterus-terang: aku akan merindukannya untuk merasakan vaginanya yang sangat basah dibelah penisku, untuk kudekap ketika ia terlanjang bulat-bulat, untuk menggeser-geserkan ujung hidungku di permukaan vaginanya yang lebat dan merangsan itu, untuk genggaman baik tangan maupun mulutnya bagi penisku yang panjang.